Senin, 20 Februari 2012

Pilih Cetak Apa Virtual?


Aditya Permadi & Restu Diantina Putri

 
Gempuran media online menjadi salah satu fakta pesatnya perkembangan teknologi. Banyak orang, khususnya anak muda berpaling dari media cetak ke dunia virtual demi memuaskan dahaga informasi. 

Alasan kepraktisan dan aktualitas menjadi faktor utama. Seperti yang diungkapkan Galan, mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Ia lebih memilih media online karena lebih update dan lebih praktis dibanding surat kabar. “Selain itu, infonya tidak terbatas karena di situ kita bisa memilih mau baca berita tentang apa,” tambahnya. Hal senada juga dikemukakan Anggi, tampilan media online lebih menarik menggugah minat membaca. “Gue lebih tertarik baca media online karena berwarna. Di surat kabar kan jarang berwarna. Lagipula dalam satu berita bisa banyak banget isinya. Jadi males baca,” aku mahasiswa IISIP Jakarta ini.

Banyak orang menyebutnya Net Generation atau generasi internet. Anak muda seolah dimanjakan dengan suguhan informasi paling update dengan tampilan menarik yang enak dilihat. Tak lagi dalam hitungan hari, jam atau menit. Media online menggenggam informasi dalam hitungan detik!

Apa kabar surat kabar?
Lantas, bagaimana nasib surat kabar? Sepintas, fenomena ini seolah menjadi ancaman bagi dunia media massa cetak. Namun nyatanya media cetak menganggap kondisi ini merupakan suatu kewajaran. Bahkan dijadikan sebuah keuntungan untuk berekspansi lahan pembacanya. Berbondong-bondong,media cetak mainstream mulai merilis media mereka yang berbasis virtual. “Antara edisi cetak dengan online saling mendukung dan melengkapi. Ini salah satu siasat yang dilakukan media cetak terutama suratkabar,” papar Norman Meoko, redaktur harian Sinar Harapan.


Setali tiga uang dengan Norman, Mulharnetti Syas, doktor bidang komunikasi mengatakan, media cetak tak perlu mengkhawatirkan pelanggan. Prospek untuk yang mainstream masih sangat bagus. “Kecuali untuk yang abal-abal. Mungkin harus segera bersiap diri kalau tak segera memperbaiki kualitas,” tambah Mulharnetti saat kami temui di ruang kerjanya di Jakarta.


Dengan sederet keunggulannya, media online tetap memiliki kelemahan. Tak jarang berita yang dimuat memiliki akurasi fakta yang belum lengkap. Bahkan bisa bias karena diburu untuk segera di-posting. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Dio dan Steviana tetap setia membaca surat kabar. “Gue masih baca koran karena lebih terpercaya. Soalnya kalau internet banyak hoax” ujar Stevi, dari Universitas Indonesia. “Gue juga berharap sih, suratkabar memberi variasi dalam segi konten yang lebih dibutuhkan anak muda. Misalkan info beasiswa, info lomba, rubrik motivasi, atau tokoh inspiratif. Jadi bisa meningkatkan minat baca kita,” tambah Dio. Kamu pilih yang mana?

Di muat di Media Indonesia Halaman MOVE pada 8 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar