Aditya
Permadi & Restu Diantina Putri
Gempuran media online menjadi
salah satu fakta pesatnya perkembangan teknologi. Banyak orang, khususnya anak
muda berpaling dari media cetak ke dunia virtual demi memuaskan dahaga
informasi.
Alasan kepraktisan dan
aktualitas menjadi faktor utama. Seperti yang diungkapkan Galan, mahasiswa
Universitas Negeri Jakarta. Ia lebih memilih media online karena lebih update
dan lebih praktis dibanding surat kabar. “Selain itu, infonya tidak terbatas
karena di situ kita bisa memilih mau baca berita tentang apa,” tambahnya. Hal
senada juga dikemukakan Anggi, tampilan media online lebih menarik menggugah
minat membaca. “Gue lebih tertarik baca media online karena berwarna. Di surat
kabar kan jarang berwarna. Lagipula dalam satu berita bisa banyak banget
isinya. Jadi males baca,” aku mahasiswa IISIP Jakarta ini.
Banyak orang menyebutnya Net
Generation atau generasi internet. Anak muda seolah dimanjakan dengan suguhan
informasi paling update dengan tampilan menarik yang enak dilihat. Tak lagi
dalam hitungan hari, jam atau menit. Media online menggenggam informasi dalam
hitungan detik!
Apa kabar surat kabar?
Lantas, bagaimana nasib surat kabar? Sepintas, fenomena ini seolah
menjadi ancaman bagi dunia media massa cetak. Namun nyatanya media cetak
menganggap kondisi ini merupakan suatu kewajaran. Bahkan dijadikan sebuah
keuntungan untuk berekspansi lahan pembacanya. Berbondong-bondong,media cetak
mainstream mulai merilis media mereka yang berbasis virtual. “Antara edisi
cetak dengan online saling mendukung dan melengkapi. Ini salah satu siasat yang
dilakukan media cetak terutama suratkabar,” papar Norman Meoko, redaktur harian
Sinar Harapan.
Setali tiga uang dengan Norman, Mulharnetti Syas, doktor bidang
komunikasi mengatakan, media cetak tak perlu mengkhawatirkan pelanggan. Prospek
untuk yang mainstream masih sangat bagus. “Kecuali untuk yang abal-abal.
Mungkin harus segera bersiap diri kalau tak segera memperbaiki kualitas,”
tambah Mulharnetti saat kami temui di ruang kerjanya di Jakarta.
Dengan sederet keunggulannya, media online tetap memiliki kelemahan. Tak
jarang berita yang dimuat memiliki akurasi fakta yang belum lengkap. Bahkan
bisa bias karena diburu untuk segera di-posting. Hal inilah yang menjadi alasan
bagi Dio dan Steviana tetap setia membaca surat kabar. “Gue masih baca koran
karena lebih terpercaya. Soalnya kalau internet banyak hoax” ujar Stevi, dari
Universitas Indonesia. “Gue juga berharap sih, suratkabar memberi variasi dalam
segi konten yang lebih dibutuhkan anak muda. Misalkan info beasiswa, info
lomba, rubrik motivasi, atau tokoh inspiratif. Jadi bisa meningkatkan minat
baca kita,” tambah Dio. Kamu pilih yang mana?
Di muat di Media Indonesia Halaman MOVE pada 8 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar